Kamis, 28 Januari 2010

Menulis Itu Obat..

Dari buku Quantum writing karangan Harnowo, ada beberapa hal yang sangat berkesan menurut saya. Salah satunya adalah bagaimana menulis itu bisa menjadi obat dan bahkan membuat si penulis menjadi sehat dan menambah kekebalan tubuh. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr.Pennebaker, seorang psikolog dari Amerika. Manfaat menulis menurut Dr. Pennebaker adalah :
1. Menulis menjernihkan pikiran.
Disaat kita mengalami banyak masalah dan beban yang kita rasa berat, menulis merupakan salah satu cara untuk mengurai masalah itu sehingga kita bisa dengan jernih melihat masalah itu. Berpikir keras tentang masalah itu dan mengeluh ternyata tidak cukup meringankan beban kita. Saya sendiri sangat merasakan manfaat dari menulis ini. Dulu sewaktu SMA saya kost sendiri dan jauh dari teman-teman, sering saya merasa sedih dan kesepian terlebih dimalam hari. Untuk menghabiskan waktu penulis mencoba untuk menulis puisi atau syair setiap malam, ternyata hal itu sangat membantu penulis untuk bisa melewati hari-hari hampir selama satu tahun. Walaupun tulisan saya tidak pernah saya publikasikan sampai sekarang tetapi setidaknya menulis telah membuat saya jauh lebih jernih dan tegar ketika menghadapi situasi yang tidak mengenakkan. Dengan menulis maslah-masalah yang kita hadapi setidaknya kita bisa dengan jelas menganalisa apa sebenarnya masalah yang kita hadapai itu dan mencoba membuat solusinya. Apakah itu benar-benar masalah atau hanya permainan pikiran kita saja.
2. Menulis mengatasi trauma.
Menurut Dr. Pennebaker mereka yang menuliskan trauma bahkan bila itu trauma terburuk sekalipun ternyata akan lebih mudah melupakan atau setidaknya mengatasi maslah trauma tersebut. Memang dalam jangka pendek setelah kita menulis hal-hal yang menjadi trauma kita hal itu akan membuat kita teringat dengan trauma kita dan membuat kita jatuh ke dalam kesedihan atau trauma yang lebih dalam. Mungkin alasan inilah yang banyak membuat orang malas atau enggan menuliskan tentang trauma, mereka hanya mencoba melupakan dengan beralih kepada hal-hal lain. Hal ini seperti lari dari masalah dan tidak menyelesaikan trauma itu. Menurut penelitian itu, kesedihan paska penulisan trauma itu hanya berlangsung beberapa hari saja. Dalam jangka panjang mereka yang telah menulis pengalaman traumatisnya ternyata jauh lebih tegar dan mengelola trauma mereka.
3. Menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi.
Hal ini jelas sekali. Seperti kata Sayidina Ali "ikatlah ilmu dengan menuliskannya". Mereka yang belajar hanya dengan membaca saja tentu jauh berbeda dengan mereka yang belajar dengan membaca kemudian menuliskannya. Bahkan menurut penelitian dalam pelajaran matematika, para siswa yang menulis rumus dan mencoba mengerjakannya jauh lebih bisa mengingat daripada mereka yang hanya mencoba menghafal.
4. Menulis membantu memecahkan masalah.
Dengan menuliskan masalah kita, kita akan dengan mudah membuat list dan daftar masalah kita. Kita bisa memilahkan mana maslah yang paling urgent dan penting sampai masalah remeh temeh yang tidak terlalu penting. Dari situ kita bisa membuat yang solusi dan tepat untuk menyelesaikan maslah itu. Penyelesaian masalah dengan menulis merupakan salah satu cara yang efektif yang saya sendiri merasakan manfaatnya.
5. Menulis-bebas membantu kita ketika kita terpaksa harus menulis.
Contoh yang saya alami sendiri adalah ketika harus membuat skripsi sebagai syarat kelulusan. Karena saya dulu tidak terlalu aktif menulis maka menulis skripsi yang tebalnya bisa sampai puluhan atau ratusan halaman bisa menjadi sangat berat. Saya juga perhatikan dimana-mana sampai sekarang ini penulisan skripsi masih menjadi momok buat mahasiswa. Hal ini bisa dikarenakan sistem pendidikan kita yang kurang menumbuhkembangkan menulis sebagai salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa. Menulis masih dianggap sebagi beban yang berat buat para siswa dan dilakukan ketika ada tugas saja. Hal inilah yang harus dirubah, mencintai membaca dan menulis harus ditumbuhkembangkan sejak usia dini. Insya Allah dengan begitu generasi berilmu yang pandai membaca dan menulis benar-benar bisa terwujud di negeri yang kita cintai ini.

Selasa, 26 Januari 2010

Tipe-tipe Mahasiswa

Tadi malam ketika saya membaca buku tentang menulis, tiba-tiba saya teringat dengan perkataan dosen saya tentang tipe-tipe mahasiswa ketika saya kuliah dulu. Beliau berkata bahwa ada 4 tipe mahasiswa :
1. Mahasiswa pandai menulis dan pandai berbicara
2. Mahasiswa pandai menulis tetapi tidak pandai berbicara
3. Mahasiswa pandai berbicara tetapi tidak pandai menulis
4. Mahasiswa tidak pandai menulis dan tidak pandai berbicara
Sontak waktu itu kami tertawa mendengar penjelasan beliau. Mau tidak mau kamu harus mengakui bahwa tipe mahasiswa model ke 4 itulah yang banyak dipasaran. Ironis memang tapi itulah kenyataannya. Paling tidak itulah yang terjadi dari pengamatan penulis semasa kuliah. Saya sendiri menyadari betapa kepandaian menulis dan berbicara yang seharusnya merupakan skill dasar yang seharusnya dimiliki mahasiswa tetapi pada kenyataannya tidak seperti itu. Skripsi yang notabene merupakan tugas menulis yang menentukan kelulusan mahasiswa menjadi momok yang menakutkan. Sudah menjadi rahasia umum dikalangan mahasiswa yang biasanya lama ketika mengerjakan skripsi. Memang tidak semua karena malas menulis, tentu ada faktor-faktor lain yang menyebabkan mengapa skripsi bisa begitu lama. Bahkan setelah beberapa kampus meniadakan skripsi sebagai penentu kelulusan beberapa teman saya menjadi iri dan bahkan ada yang kemudian pindah ke kampus tersebut hanya karena menghindari skripsi. Ini kenyataan. Saya sendiri Alhamdulillah hanya mengerjakan skripsi dalam waktu satu semester.
Lalu apakah yang mendasari mengapa menulis dan berbicara-tentu yang dimaksud disini adalah berbicara didepan umum dan dalam konteks formal-menjadi sedemikian menakutkan? tentu hal ini tidak datang begitu saja, ada yang salah dengan pendidikan kita. Mahasiswa yang tidak pandai menulis dan berbicara an sich tidak bisa begitu saja disalahkan. Ada faktor-faktor eksternal yang ikut berperan membentuk kepribadian mahasiswa sehingga sagala hal yang berkaitan dengan menulis dan berbicara menjadi hal yang tidak menarik. dan hal ini diawali dari pendidikan diusia dini yaitu di Sekolah Dasar. Pembentukan karakter yang tepat di SD akan berpengaruh kepada para siswa dalam menapaki jenjang pendidikan selanjutnya, begitu juga kesalahan atau mungkin ketidaktepatan proses pembelajaran di SD akan berpengaruh juga dalam pembentukan kepribadian yang tidak tepat di jenjang selanjutnya.


Foto-foto Fenomena Alam

Tornado setinggi 4000 kaki didaerah Kansas, US.

Kepulauan Georgia Selatan.Pagi yang bersalju memberikan sebuah pelajaran kontras saat anjing laut dan penguin berbagi lahan. Musim semi antlantik membawa sekitar 400.000 dari kedua spesies ini ke lokasi yang terpencil dari wilayah Inggris ini
Ada dua dunia di Selat Dampier, Raja Ampat, Papua, Indonesia. Di bawah langit penuh mega, nelayan bekerja di atas perahu mayang. Sementara di bawah permukaan air laut yang tenang, ikan-ikan teri berkelebat dengan tubuh berkilauan.
Matahari terbit menyinari gerobak sapi, di sepanjang jalan Baobab. Pohon terbalik (Adansonia grandidieri) setinggi sekitar 24 meter di daerah Menabe, Madagaskar.
Gajah jantan yang sedang sarapan di dekat tebing curam Victoria Falls, Zambia, Afrika.




Pengantar, Mengapa Sosiologi?

Dulu ketika awal masuk kuliah, hampir saya tidak berpikir terlalu panjang tentang mengapa saya mengambil jurusan sosiologi selain karena passing grade yang masuk akal untuk kemampuan dan karena memang saya menyukai pelajaran sosiologi dikala duduk di bangku SMA.
Bertahun-tahun saya kuliah - walaupun sebenarnya jarang kuliah - diakhir kuliah dimasa penyusunan skripsi barulah saya akhirnya menikmati belajar tentang sosiologi. Ternyata buat saya butuh waktu bertahun-tahun untuk "ngeh" dan kembali menemukan kesadaran tentang betapa kompleks dan menyenangkan belajar tentang sosiologi.
Akhirnya setelah saya resmi lulus dari jurusan sosiologi dan harus berhadapan dengan kenyataan didunia kerja, saya menemukan bahwa sosiologi benar-benar jurusan yang spesial dan bahkan karena saking spesialnya sampai lowongan yang khusus untuk jurusan sosiologi sangatlah jarang. Mungkin karena sosiologi adalah ilmu yang gampang dipelajari atau karena kebiasaan atau kultur di birokrasi kita yang lebih menganggap mereka yang dari jurusan eksak jauh lebih jago dalam pengambilan keputusan bahkan dibidang kebijakan publik yang notabene butuh perhitungan yang tidak matematis karena masyarakat bukanlah robot yang bisa diukur melalui ilmu pasti. Tapi sekali lagi ini pendapat saya dan tentu sangat subyektif. Bisa jadi ini merupakan keluh kesah saya sebagai lulusan sosiologi yang sampai saya menulis ini masih berpredikat sebagai pengacara,hehe. Bagaimanapun juga saya tidak menyesali keputusan saya untuk kulaih di sosiologi dan tentu saja saya sangat bersyukur karena diakui apa tidak sosiologi telah membentuk pola pikir dan pandangan saya sampai sekarang. Insya Allah dilain tempat saya akan berbagi tentang apa saya yang telah saya pelajari sekian lama dijurusan sosiologi.

Minggu, 24 Januari 2010

For the rest of my life..

Ini satu lagu tentang cinta, cinta yang sejati yang diikat atas nama Allah...

For the Rest of My Life Lyrics

I praise Allah for sending me you my love
You found me home and sail with me
And I`m here with you
Now let me let you know
You`ve opened my heart
I was always thinking that love was wrong
But everything was changed when you came along,ooo..
And theres a couple words I want to say

For the rest of my life
I`ll be with you
I`ll stay by your side honest and true
Till the end of my time
I`ll be loving you. loving you
For the rest of my life
Thru days and night
I`ll thank Allah for open my eyes
Now and forever I I`ll be there for you

I know that deep in my heart
I feel so blessed when I think of you
And I ask Allah to bless all we do
You`re my wife and my friend and my strength
And I pray we`re together eternally
Now I find myself so strong
Everything changed when you came along,ooo
And theres a couple word I want to say

For the rest of my life
I`ll be with you
I`ll stay by your side honest and true
Till the end of my time
I`ll be loving you. loving you
For the rest of my life
Thru days and night
I`ll thank Allah for open my eyes
Now and forever I I`ll be there for you

I know that deep in my heart now that you`re here
Infront of me I strongly feel love
And I have no doubt
And I`m singing loud that I`ll love you eternally

For the rest of my life
I`ll be with you
I`ll stay by your side honest and true
Till the end of my time
I`ll be loving you.loving you
For the rest of my life
Thru days and night
I`ll thank Allah for open my eyes
Now and forever I I`ll be there for you

I know that deep in my heart

dan ini videonya...



dan yang mau download mp3 nya disni :
http://www.4shared.com/file/160216576/f0db9baa/Maher_Zain_-_For_the_Rest_of_M.html?s=1

Di manakah Cinta Sejati?

Cinta?bicara soal cinta memang tak ada habisnya. Karena itu sebuah rasa tentu setiap orang berhak mempunyai penggambaran sendiri tentang apa itu cinta. Sudah tak terhitung banyaknya tulisan para pujangga, kisah sinetron atau drama, puisi dan lagu yang mencoba menggambarkan tentang cinta sehingga cinta ini terlalu kompleks untuk dibuat satu definisi utuh yang disepakati semua orang. Cukuplah kita rasakan tanpa terlalu banyak bertanya.
Cukupkah cinta saja? kenapa semua orang mencari cinta sejati? apa dan dimana cinta sejati itu berada? saya sendiri tidak tahu jawabannya, atau mungkin seperti istilah "love will find the way"?
Apakah cinta sejati itu seperti penggambaran sepasang kekasih yang dimabuk asmara, yang saling mencintai, dan terikat dalam komitmen yang disebut pacaran? tapi kenapa cinta ini terkadang melukai, menyakiti dan terkadang membutakan mata hati kita sehingga kita tidak tahu lagi mana yang benar apa yang salah. Sudah sering kita jumpai mereka yang patah hati, merana dan terluka akibat cinta,mengapa komitmen cinta dalam pacaran itu rapuh?
Ketika cinta menjadi raja dan dibebaskan semaunya maka cinta itu akan menjadi senjata yang sangat berbahaya. Cinta perlu diikat dalam perjanjian yang agung, tunduk dalam ayat-ayat ke-maha-anNya,bersinergi diiringi dengan penyerahan total jiwa dan raga. Ikatan suci inilah yang akan mengatur dan menjaga ego dan nafsu dalam kadar yang sewajarnya. Karena ketika ego dan nafsu dibiarkan meraja ia akan merusak tatanan komitmen dan menciderai cinta itu sendiri. Berangkat dari sinilah kesejatian cinta akan dapat kita temukan, berawal dari penyerahan dan ketundukan kita akan aturan-Nya. Seperti sebuah perjalanan yang berangkat dari tempat yang sama, berjalan di jalan yang sama dan menuju arah yang sama. Onak duri dalam perjalanan akan selalu ada, tetapi kebersamaan dalam cinta itulah yang akan menguatkan hingga mencapai keparipurnaan. Ketundukan akan aturan dari-Nya akan membuat langkah-langkah kita lebih terarah, bisa meredam ego dan nafsu.
Kita perlu pacaran untuk mencari pasangan yang cocok? benarkah harus selalu seperti itu?
Ketidakyakinan kita terhadap janji-Nya bahwa orang yang baik akan mendapat jodoh yang baik dan begitu juga sebaliknya membuat kita lebih percaya akan usaha dan pencarian kita sendiri. Kita selalu menginginkan jodoh yang terbaik, tapi sudahkah kita lakukan yang terbaik untuk diri kita sehingga kita pantas mendapatkan orang terbaik untuk mendampingi kita? Kita lebih suka mengeluh kenapa begini, kenapa begitu sedangkan kita belum melakukan apa yang seharusnya kita lakukan untuk itu. Kita percaya bahwa ada "banyak jalan menuju roma" tetapi kadang kita tidak percaya bahwa Tuhan mempunyai skenario yang jauh lebih banyak dari jalan menuju roma. Jika kita menginginkan kesejatian cinta, lakukanlah apa yang seharusnya dilakukan untuk memperoleh kesejatian itu.
Tetapi sekali lagi kita mempunyai hak untuk memilih apapun didunia ini. Saya bertanggung-jawab atas apa yang saya pilih begitu juga sebaliknya ada tidak bertanggung-jawab atas apapun pilihan saya.

Kode Etik Jurnalistik

Menulis. Saya rasa semua orang bisa menulis asal tidak buta huruf. Dari penulisan yang sederhana seperti di sekolah dasar sampai penulisan jurnal-jurnal ilmiah yang mungkin membutuhkan waktu lama untuk menyelasikannya. Yang jadi persoalan menurut saya adalah bagaimana tulisan itu bisa kita share dan bagi ke khalayak dan tentu saja bermanfaat. Konsep bermanfaat ini tentu saja sangat subjektif tergantung sudut pandang kita. Tetapi setidaknya menulis adalah satu hal yang bisa kita lakukan asal ada kemauan untuk belajar dan pantang menyerah.
Saya sendiri merasa lebih memilih untuk berbicara daripada menulis. Hampir selama saya kuliah dulu baru pada penulisan skripsi saya benar-benar merasa belajar dan menulis. Walaupun telat tapi lebih bagus daripada tidak sama sekali.
Kembali ke soal tulisan. Akhir-akhir ini seiring berkembangnya teknologi informasi dan maraknya jejaring sosial maka semua orang yang bisa mengakses internet dapat dengan mudah menemukan tempat untuk mengeksperesikan diri. Blog, facebook apalagi twitter adalah salah satu contoh tempat dimana kita bisa menulis apapun yang kita mau walaupun hanya sekedar update status yang umumnya malah cuma masalah hal remeh temeh yang sebenarnya tidak perlu dipublikasikan.
Intinya semua orang bisa menjadi penulis atau jurnalis. Bebas dan tanpa terikat dengan satu perusahaan. Tapi tulisan apa yang bisa dikatakan bagus dan inspiratif? tentu ada beberapa kriteria yang perlu ada. Dari berbagai bacaan yang saya abaca maka sedikit saya bagi disini. Hal yang paling dasar tentu adalah soal etika atau kode etik. Kita bisa menulis apapun yang kita mau bila itu hanya untuk kita konsumsi sendiri. Tapi bila menyangkut soal bagaimana tulisan kita bisa diterima oleh publik tentu ada syarat-syarat yang harus ada. Disini saya coba bagikan kode etik yang dibuat oleh AJI (Aliansi Jurnalistik Independen). Tentu jika saya atau anda memiliki blog dan setidaknya pernah menulis dan mempublikasikannya maka saya rasa kita sudah termasuk jurnalis yang independen. Agar kita mempunyai arah dan batas dalam menulis maka dibawah ini saya cantumkan kode etik dari AJI tahun 2008.

KODE ETIK AJI
(ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN)
  1. Jurnalis menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar.
  2. Jurnalis senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan keberimbangan dalam peliputan dan pemberitaan serta kritik dan komentar.
  3. Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya.
  4. Jurnalis hanya melaporkan fakta dan pendapat yang jelas sumbernya.
  5. Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu diketahui masyarakat.
  6. Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto dan dokumen.
  7. Jurnalis menghormati hak nara sumber untuk memberi informasi latar belakang, off the record, dan embargo.
  8. Jurnalis segera meralat setiap pemberitaan yang diketahuinya tidak akurat.
  9. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial, identitas korban kejahatan seksual, dan pelaku tindak pidana di bawah umur.
  10. Jurnalis menghindari kebencian, prasangka, sikap merendahkan, diskriminasi, dalam masalah suku, ras, bangsa, politik, cacat/sakit jasmani, cacat/sakit mental atau latar belakang sosial lainnya.
  11. Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa merugikan masyarakat.
  12. Jurnalis tidak menyajikan berita dengan mengumbar kecabulan, kekejaman kekerasan fisik dan seksual.
  13. Jurnalis tidak memanfaatkan posisi dan informasi yang dimilikinya untuk mencari keuntungan pribadi.
  14. Jurnalis tidak dibenarkan menerima sogokan. (Catatan: yang dimaksud dengan sogokan adalah semua bentuk pemberian berupa uang, barang dan atau fasilitas lain, yang secara langsung atau tidak langsung, dapat mempengaruhi jurnalis dalam membuat kerja jurnalistik.)
  15. Jurnalis tidak dibenarkan menjiplak.
  16. Jurnalis menghindari fitnah dan pencemaran nama baik.
  17. Jurnalis menghindari setiap campur tangan pihak-pihak lain yang menghambat pelaksanaan prinsip-prinsip di atas.
  18. Kasus-kasus yang berhubungan dengan kode etik akan diselesaikan oleh Majelis Kode Etik.
Nah setelah kita baca kode etik diatas setidaknya kita bisa tahu dan mengerti apa-apa yang menjadi batas dan kode etik tulisan kita agar kedepan tulisan kita bisa semakin bermakna dan bermanfaat buat masyarakat dan bangsa. Tentu hal ini yang kita ingin kita capai bukan?


Sabtu, 23 Januari 2010

Hai Gadis Yang Dahulu Berkerudung

Hai Gadis Yang dahulu berkerudung

hai gadis yang dahulu berkerudung
apa kabarmu saat ini
sudah lama kita tidak bersua
banyak perubahan yang terjadi pada kita

hai gadis yang dahulu berkerudung
terkejut aku melihat hilang jilbabmu
bukan terkejut karena menyalahkan atau membenarkan
karena bukan hak manusia untuk menyatakan.

hai gadis yang dahulu berkerudung.
ternyata memang pilihan kita berdialektika dengan waktu
berdialektika dengan keadaan, berdialektika dengan kekinian
karena itulah pilihan hidup yang harus kita lalui sendiri.

hai gadis yang dahulu berkerudung
selamat atas pilihan dan sikap hidupmu.
meski ada yang setuju ada juga yang menyesalkan
tetapi itu pilihan yang tidak bisa di intervensi siapa saja.
hanya engkau, waktu dan Tuhan yang tau jawabnya.

hai gadis yang dahulu berkerudung
jangan kau tanya sikapku bagaimana
bukan wilayahku untuk menjawab
tetapi kalo engkau memang memaksa
sebenarnya aku lebih suka engkau yang dahulu.

************
Saya suka puisi ini, ini bukan puisi ciptaan saya,tapi puisi yang saya kopas dari sebuah forum dengan seijin penulisnya. Sebuah renungan tentang perubahan, setiap kita tentu memiliki apresiasi seni yang berbeda, disinilah letak dari keunikan seni itu sendiri.

Jumat, 22 Januari 2010

Satu Malam di Kereta.

Beberapa waktu yang lalu saya pergi ke Ibukota dengan kereta. Duduk di sebelah saya seorang bapak yang kira-kira berumur 30-an dan dari ciri fisik seperti berasal dari wilayah Indonesia timur. Dalam perjalanan kami pun mulai saling berkenalan dan berbincang-bincang. Sebut saja bapak A.Ternyata beliau seorang dosen di sebuah kampus swasta di Jayapura. Beliau ada keturunan dari keluarga Bugis, ternyata memang dari dulu para pelaut dari Bugis telah banyak menyebar ke seluruh penjuru nusantara.Beliau lulusan dari Fak Kedokteran UGM dan mengambil master juga di Fak yang sama dengan spesialis manajemen kesehatan.
Kami berbincang tentang banyak hal. Nostalgia tentang bagaimana suasana UGM dan Jogja di akhir tahun 80-an dan awal 90-an. Bagimana UGM dulu dan sekarang yang jauh berbeda. Memang perubahan adalah keniscayaan dan ga bisa kita lawan. Tetapi bagaimana jika perubahan itu tidak selalu ke arah kemajuan? ya bagaimanapun juga arti kata kemajuan itu sendiri pun mungkin bisa berbeda. Kemajuan menurut para birokrat atau pembuat kebijakan bisa jadi berbeda dengan kemajuan menurut orang kebanyakan.Saya yang waktu itu masih kecil dengan seorang kakak yang juga kuliah di kedokteran UGM pun dengan keterbatasan pengetahuan saya waktu itu dan suasana pedesaan pun merasa terheran-heran,takjub sekaligus bangga dengan UGM, seperti bangganya Ayah saya kala bercerita tentang kehebatan UGM dan kekaguman itu semakin bertambah kala saya berkunjung kesana. Saya yang anak desa,jarang sekali melihat gedung-gedung, ikut merasakan bagaimana kebanggaan keluarga kami waktu itu karena kakak saya bisa melanjutkan kuliah di kampus biru itu. Rasa yang sama dan keinginan untuk tidak mau kalah dengan kakak akhirnya juga membuat saya akhirnya walaupun dengan susah bisa kuliah juga di kampus yang sama. Perbedaan tentang bagaiman suasana pembelajaran di masa itu dan sekarang sungguh jauh berbeda. Roda-roda globalisasi melindas siapapun yang coba menentangnya. Pendidikan yang merupakan gerbong perubahan dan kemajuan mau tak mau juga harus berubah. Berbicara tentang pendidikan merupakan salah satu hal yang saya sukai dan mungkin soal ini akan saya tulis lain kali.
Kami juga berbicara bagaimana perbedaan pembangunan di satu daerah dengan daerah lain. Apalagi untuk daerah Indonesia timur yang mungkin kita mafhum dengan kata-kata ketertinggalan atau kemiskinan yang seoalah-olah lekat. Mungkin perbedaan itu mulai terkikis seiring munculnya otonomi daerah. Masa orde yang lalu yang sentralistik memang telah mengabaikan jeritan-jeritan mereka anak daerah yang menginginkan keadilan dan kesetaraan. Mereka yang bumi dan tanahnya kaya raya dirampas hak-haknya untuk menikmati hasil dari sumber daya alam yang melimpah. Masyarakat Papua denga sumber daya alam yang mereka miliki seharusnya menjadi daerah dengan pendapatan tertinggi di negeri ini. Untuk pendidikan, di Papua yang begitu luasnya hanya ada satu Universitas yang mempunya fakultas kedokteran dan itu berada di Jayapura. Itupun baru berdiri beberapa tahun yang lalu. Yang jadi pertanyaan dibenak saya apakah yang dilakukan pemerintah di masa lalu? kenapa salah satu hak warga negara memperoleh pendidikan dan kesehatan begitu tidak diperhatikan? Pantas saja kalo banyak kalangan dari mereka yang tidak puas dan menginginkan kemerdekaan. Tidak ada asap kalau tidak ada api.
Satu hal lagi tentang budaya di Papua. Saya diceritakan mengapa Papua menjadi daerah dengan peningkatan ODHA yang paling tinggi se-Indonesia. Budaya seks bebas dan pesta tentu dengan mabuk-mabukkan adalah satu hal yang sedemikian biasa disana. Bahkan dikalangan kaum muda - mereka yang sedang duduk dibangku sekolah - berganti-ganti pasangan adalah hal yang lumrah. Yang paling mengherankan kata beliau, para pemain salah satu klub sepakbola yang terkenal di Indonesia yang bermarkas di Jayapura menjadi favorit dan kebanggan para gadis untuk dikencani. Mereka akan dengan bangganya bercerita bahwa mereka telah berkencan dengan pemain A atau pemain B. Dan hal ini sudah nge-trend di kalangan remaja sehingga susah untuk merubah pandangan itu. Kita tahu beberapa waktu yang lalu pemerintah mengkampanyekan penggunaan kondom dikalangan remaja, bahkan lewat kampanye di sekolah. Hal itu dilakukan untuk mencegah semakin tingginya angka ODHA di negeri ini. Pemerintah seakan hanya mau cara cepat yang tidak efektif dan tidak kepada akar sumber masalah yang sebenarnya.
Kami mengambil benang merah dari apa yang kami perbincangkan malam itu. Perbedaan pembangunan,budaya dan pendidikan antara daerah adalah masalah umum. Kenyataan bahwa masih ada permasalah dibirokrasi kita adalah hal yang nyata. Betapa pengambilan keputusan sering tidak melalui penelitian yang mendalam tentang apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh masyarakat. Manusia bukan robot yang bisa dikalkulasi dengan angka-angka. Keberhasilan satu program di satu daerah tidak menjamin akan suksesnya program itu di daerah yang lain. Saya menyadari mungkin disinilah letak perbedaan dan sudut pandang saya yang belajar dan lama di fakultas ilmu sosial dengan mereka dari kalangan eksak.Malam semakin larut dan mata pun semakin berat. Akhirnya kami mengakhiri obrolan untuk sekedar bisa memejamkan mata dan membunuh kebosanan diatas guncangan kereta tua peninggalan jepang ini.

Way Back Into Love

Seperti judul lagu sebuah film favorit saya yang saya artikan sebuah penemuan atau perjalanan kembali ke cinta, seperti ini pulalah gairah dan keinginan saya untuk menulis kembali tumbuh. Sekian lama otak, hati dan tangan ini berdiam diri akhirnya keinginan untuk kembali menulis-secara kontinu-sesuatu yang biasa saya lakukan dahulu hanya untuk menulis tugas dan menyelesaikan skripsi, kembali saya lakukan berkat dorongan keluarga dan hasil perenungan saya selama ini.Semoga kali ini awal tulisan menjadi jalan pembuktian, setidaknya bagi diri saya sendiri dan tentu kepada Allah dimana saya akan tanggung-jawabkan semuanya.
Saya selalu melabelkan diri saya sebagai seorang pembelajar,dan semoga seperti nama saya, maka semoga saya akan menjadi seorang pembelajar yang arif, yang berhasil menemukan "lentera jiwa" saya dan akhirnya berhasil memenuhi kewajiban saya sebagai khalifah-Nya, amin..