Jumat, 25 Juni 2010

Perbedaan yang menyatukan

Ada cerita di satu hari disaat saya sedang berkunjung tempat teman baru. Beliau jauh lebih tua dibanding saya,mempunyai usaha yang sukses dan keluarga dengan 3 anak yang lucu. Dari obrolan ngalor ngidul akhirnya beliau bercerita tentang asam garam kehidupan berumah tangga.Beliau bercerita tentang hikmah adanya perbedaan dalam kehidupan suami istri.Mungkin selama ini dalam hubungan-hubungan apapun kita selalu mencari persamaan-persamaan dan sering menghindari yang namanya perbedaan. Dalam hubungan persahabatan persamaan-persamaan ini memang menjadi ikatan untuk memperkuat kebersamaan,membuat nyaman karena tidak ada atau sedikit perbedaan yang ada. Begitupun juga dalam mencari pasangan,persamaan sifat dan bahkan hobi selalu manjadi acuan. Tetapi untuk membangun sebuah hubungan jangka panjang yang bisa saling mengisi justru yang kita butuhkan adalah perbedaan.Banyak pasangan yang memiliki persamaan yang pada awalnya enjoy dengan kehidupan mereka akan mengalami titik jenuh.
Hal yang sama juga diceritakan oleh kenalan saya itu. Dulu sewaktu kuliah dan pacaran dengan orang yang memiliki kesamaan yaitu sama-sama senang jalan-jalan,sama-sama hobi nonton film, mereka menjalin hubungan sampai 4 tahun. Semua terasa menyenangkan karena mereka bisa melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama,seminggu paling sedikit ke bioskop 2-3 kali. Tapi akhirnya titik jenuh itu datang.Hubungan itu tidak berlanjut ke pernikahan. Dan sekarang beliau menikah dengan wanita yang banyak sekali berbeda sifatnya. Seorang teman lama, melalui penjajagan yang hanya 3 bulan akhirnya mantap ke pelaminan.Banyak perbedaaan sifat yang akhirnya menghiasi kehidupan berumah tangga beliau. Istrinya yang mempunyai daya ingat yang kuat sementara dia pelupa, istrinya yang tidak suka nonton film sementara dia suka nonton film, istrinya yang rajin sementara dia bukan seorang yang rajin seperti kebanyakan pria. Tapi bukankah ini yang dinamakan saling mengisi?memang hal ini bukan terus berarti kita harus mencari orang yang berbeda dengan kita untuk menjadi pasangan kita.
Persamaan dalam hal-hal yang mendasar seperti keyakinan tentulah sangat penting. Tetapi mengenai sifat dan kepribadian seringkali perbedaan yang ada itu bisa menjadi rahmat. Tentu semua harus dibarengi dengan keinginan untuk saling memahami dan berkorban.Bahwa hubungan jauh lebih penting dari situasional. Ekspektasi dengan pasangan kadang juga membuat kita lupa menilai diri.Jika kita menginginkan sesutau yang mulia ada pada pasangan kita sudahkah kita memiliki itu?bahkan bisa jadi kekurangan yang ada pada pasangan adlah jalan dari Tuhan untuk membuat kita jauh lebih baik lagi.Kita menginginkan pasangan yang sabar, tetapi jika kita mendapati yang sebaliknya bisa jadi itu salah satu cara untuk kita berlatih sabar.Tidak ada manusia yang sempurna,begitu juga tidak ada manusia yang lahir hanya dengan membawa keburukan-keburukan. Setiap orang memiliki potensi untuk menjadi malaikat,dan jika kita menjadi salah satu penyebab mereka mendapatkan kemulian itu bukankah kita berarti menjadi rahmat buat mereka?sungguh sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling banyak bermanfaat buat orang lain.