Keharmonisan keluarga adalah dambaan setiap manusia. Dalam sebuah perkawinan hubungan suami istri yang hanya menitik beratkan pada "cinta" dan "pemenuhan kebutuhan biologis" tidaklah cukup untuk membina dan membangun keluarga yang harmonis. Cinta dan kepuasan biologis mungkin menyenangkan diawal perkawinan tapi hal ini tidak berlangsung lama jika kedua belah pihak tidak saling beintegrasi dan berinteraksi.
Dua orang Profesor dari US yaitu Prof.Nick Stinnet dan Prof. John Defrain dalam studi yang berjudul "The National Study on Family Strenght" mengemukakan enam hal sebagai pegangan mehuju perkawinan atau keluarga yang bahagia, dalam bahasa kita yaitu mewujudkan keluarga sakinah ma wadah warahmah..
1. Ciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa agama adalah pengikat yang kuat dalam kehidupan manusia. Sebuah perkawinan dan keluarga jika tidak diikat dengan nilai-nilai moral atau ketuhanan akan mudah rapuh. Nafsu dan ego pribadi akan menjadi salah penyebab pecahnya hubungan keluarga jika tidak diatur dalam aturan agama.Faktanya,keluarga yang tidak religious, yang komitmen agama nya lemah atau bahkan tidak ada sama sekali mempunyai resiko empat kali untuk tidak bahagia dalam keluarganya.
2. Waktu bersama keluarga.
Setiap anggota keluarga harus mempunyai komitmen untuk meluangkan waktu untuk keluarga. Misalnya dengan makan malam yang harus diikuti semua anggota keluarga atau bepergian bersama untuk berwisata. Ini lebih ke soal manajemen waktu.
3. Komunikasi yang baik.
Setiap anggotota keluarga harus menciptakan hubungan yang baik antar keluarga. Disini faktor komunikasi sangatlah penting. Suami harus komunikatif, begitu juga istri. Banyak kasus pertengkaran hanya karena masalah kurang adanya komunikasi ini.
4. Harus saling menghargai.
Seorang Suami harus menghargai istri sebagai ibu rumah tangga, begitu juga istri menghargai suami sebagai pencari nafkah dan kepala keluarga. Berilah pujian dan ucapan terima kasih untuk hal-hal yang sudah dilakukan. Misalnya disaat istri harus banyak melakukan tugas rumah tangga sang suami bisa mengatakan "terima kasih ya mi untuk semua pengorbanan mami" atau disaat suami capek pulang kerja istri bisa berkata "papi capek kerja ya,sini mami pijitin". hal ini juga berlaku untuk anak. Ketika anak atau adik kita dapat nilai kurang bagus disekolah jangan dibilang "bodoh kamu,dulu bapak/ibu/kakak bisa dapat sepuluh!",perkataan semacam ini malah akan membunuh semangat anak/adek kita. Berilah semangat dan dukungan untuk lebih giat belajar. Sebgai anak juga kita harus mengapresiasi perjuangan bapak dan ibu kita. Pernahkah kita bilang ke ibu kita "Bu,terima kasih ya untuk semua kasih sayang ibu" bahkan untuk hal-hal yang kecil "Bu,memang ibu jago masak,masakan ibu enak sekali" dan kepada ayah kita "Yah makasih ya sudah susah payah menyekolahkan/menguliahkan saya".
Jadi saling menghargai dengan memujin dan berterima kasih adalah salah satu faktor pengikat keharmonisan keluargan.
5. Harus ada ikatan yang kuat.
Harus ada perasaan saling memiliki dan menyayangi, kepedulian terhadap keluarga, jangan hanya waktu sakit saja. Jangan lu-lu,gw-gw. Keluarga harus saling terikat. Longgarnya ikatan ini akan menyebabkan banyak masalah dikemudian hari. Hal ini juga menjadi kecenderungan keluarga di era modernisasi ini.
6. Akan selalu ada masalah,tapi prioritas utama adalah keutuhan keluarga.
Sangat tidak mungkin suatu hubungan keluarga mulus dan lurus saja. pasti bakal ada perbedaan pendapat dan perdebatan,tapi yang harus diingat adalah seberat apapun krisis itu,keutuhan keluarga harus diutamakan. Jangan sedikit masalah minta cerai, anak punya masalah terus kabur dari rumah, atau orangtua yang dengan gampang mengusir anak.
Semoga bermanfaat.
Dua orang Profesor dari US yaitu Prof.Nick Stinnet dan Prof. John Defrain dalam studi yang berjudul "The National Study on Family Strenght" mengemukakan enam hal sebagai pegangan mehuju perkawinan atau keluarga yang bahagia, dalam bahasa kita yaitu mewujudkan keluarga sakinah ma wadah warahmah..
1. Ciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa agama adalah pengikat yang kuat dalam kehidupan manusia. Sebuah perkawinan dan keluarga jika tidak diikat dengan nilai-nilai moral atau ketuhanan akan mudah rapuh. Nafsu dan ego pribadi akan menjadi salah penyebab pecahnya hubungan keluarga jika tidak diatur dalam aturan agama.Faktanya,keluarga yang tidak religious, yang komitmen agama nya lemah atau bahkan tidak ada sama sekali mempunyai resiko empat kali untuk tidak bahagia dalam keluarganya.
2. Waktu bersama keluarga.
Setiap anggota keluarga harus mempunyai komitmen untuk meluangkan waktu untuk keluarga. Misalnya dengan makan malam yang harus diikuti semua anggota keluarga atau bepergian bersama untuk berwisata. Ini lebih ke soal manajemen waktu.
3. Komunikasi yang baik.
Setiap anggotota keluarga harus menciptakan hubungan yang baik antar keluarga. Disini faktor komunikasi sangatlah penting. Suami harus komunikatif, begitu juga istri. Banyak kasus pertengkaran hanya karena masalah kurang adanya komunikasi ini.
4. Harus saling menghargai.
Seorang Suami harus menghargai istri sebagai ibu rumah tangga, begitu juga istri menghargai suami sebagai pencari nafkah dan kepala keluarga. Berilah pujian dan ucapan terima kasih untuk hal-hal yang sudah dilakukan. Misalnya disaat istri harus banyak melakukan tugas rumah tangga sang suami bisa mengatakan "terima kasih ya mi untuk semua pengorbanan mami" atau disaat suami capek pulang kerja istri bisa berkata "papi capek kerja ya,sini mami pijitin". hal ini juga berlaku untuk anak. Ketika anak atau adik kita dapat nilai kurang bagus disekolah jangan dibilang "bodoh kamu,dulu bapak/ibu/kakak bisa dapat sepuluh!",perkataan semacam ini malah akan membunuh semangat anak/adek kita. Berilah semangat dan dukungan untuk lebih giat belajar. Sebgai anak juga kita harus mengapresiasi perjuangan bapak dan ibu kita. Pernahkah kita bilang ke ibu kita "Bu,terima kasih ya untuk semua kasih sayang ibu" bahkan untuk hal-hal yang kecil "Bu,memang ibu jago masak,masakan ibu enak sekali" dan kepada ayah kita "Yah makasih ya sudah susah payah menyekolahkan/menguliahkan saya".
Jadi saling menghargai dengan memujin dan berterima kasih adalah salah satu faktor pengikat keharmonisan keluargan.
5. Harus ada ikatan yang kuat.
Harus ada perasaan saling memiliki dan menyayangi, kepedulian terhadap keluarga, jangan hanya waktu sakit saja. Jangan lu-lu,gw-gw. Keluarga harus saling terikat. Longgarnya ikatan ini akan menyebabkan banyak masalah dikemudian hari. Hal ini juga menjadi kecenderungan keluarga di era modernisasi ini.
6. Akan selalu ada masalah,tapi prioritas utama adalah keutuhan keluarga.
Sangat tidak mungkin suatu hubungan keluarga mulus dan lurus saja. pasti bakal ada perbedaan pendapat dan perdebatan,tapi yang harus diingat adalah seberat apapun krisis itu,keutuhan keluarga harus diutamakan. Jangan sedikit masalah minta cerai, anak punya masalah terus kabur dari rumah, atau orangtua yang dengan gampang mengusir anak.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar