Bebas secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah lepas sama sekali atau tidak terhalang,terganggu dan sebagainya sehingga bisa bergerak, berbicara, berbuat dan sebagainya secara leluasa. Bebas sebagai lawan kata dari terbatas atau terikat sering digambarkan sebagai sesuatu yang menarik, indah, fundamental dan patut diperjuangkan sebagaimana yang kita lihat dari klaim-klaim pihak yang mengagungkan kebebasan ini. Ide tentang kebebasan ini telah bermetaforsa menjadi suatu paham atau isme yang kita kenal sebagai liberalisme. Secara sederhana liberalisme bisa diartikan sebagai sebuah pandangan filsafat, ideologi dan juga tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman kebebasan dan persamaan. Liberalisme menjunjung tinggi kebebasan berpikir individu dan menolak pembatas terutama dari negara dan agama.
Seperti kita tahu manusia dalam kehidupan sebagai mahluk sosial tak bisa lepas dari pergaulan dengan manusia lain, dalam sistem sosial inilah kebebasan individu-individu dalam masyarakat saling berkaitan. Kebebasan seseorang terbatasi oleh kebebasan orang lain, dan juga oleh nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat. Mau tidak mau, disadari atau tidak ada pembatasan terhadap hak individu baik itu oleh sistem moralitas atau hukum yang mengatur suatu masyarakat. Dalam ranah pemikiran individu, seseorang bisa berpikir akan menjadi siapa saja atau akan berbuat apa saja, tapi dalam tataran sistem sosial tentu hal ini akan berbenturan dengan kebebasan orang lain. Sesorang bisa saja ingin bebas melakukan apa saja, misalnya untuk telanjang di jalanan atau merusak fasilitas umum, tetapi tentu saja ini menganggu kebebasan dan hak orang lain bahkan melanggar hukum sehingga tentu perlu ditindak. Bayangkan jika kebebasan ini tidak diatur dan setiap individu berhak melakukan apa saja, yang terjadi adalah chaos dan kekacauan yang luar biasa. Karena itulah kebebasan itu harus diatur dengan adanya tanggung jawab, baik tanggung jawab secara sosial kepada masyarakat terlebih tanggung jawab kepada Tuhan - walaupun untuk hal ini sering dinafikan oleh mereka yang tidak menganggap penting arti agama dalam kehidupan.
Akhir-akhir ini pemahaman bahwa kebebasan itu tidak tak terbatas dan mempunyai tanggung jawab seolah dipinggirkan dengan gencarnya isu-isu kebebasan yang tidak disampaikan secara utuh, contohnya bagaimana media membentuk definisi tentang kebebasan itu sendiri. Kita lihat bagaimana iklan sebuah provider telekomunikasi yang mengirimkan pesan bahwa kebebasan yang seharusnya tak dibatasi aturan bahkan dalam berpakaian dalam hal ini "rok mini" atau tentang jam pulang malam. Ada juga iklan dari merk rokok terkenal dengan tag line "go ahead" yang menggambarkan bahwa apapun yang terjadi tak usah peduli dengan orang lain selama kita enjoy dan fun. Apalagi iklan ini cukup masiv dengan penggambaran yang yang beragam. Tentu dari sudut pandang pemasaran sah-sah saja sebuah brand akan beriklan apa saja asal produknya laku, tetapi kita lihat secara jernih bahwa penggambaran kebebasan yang tak terbatas itu sungguh menyesatkan dan utopia, seolah setiap manusia adalah raja dan berhak melakukan apa yang dia mau tanpa perlu memikirkan konsekuensi sosial dari apa yang dilakukannya. Realitanya, bahkan dihutan sekalipun tidak ada kebebasan yang tak terbatas karena disana ada hukum rimba dimana yang terkuatlah yang akan berkuasa. Kita tak bisa melakukan apa saja yang kita mau di hutan misal berjalan tanpa senjata atau alat perlindungan diri, karena yang terjadi kita akan menjadi sasaran empuk binatang buas. Sesorang yang mengaku libertarian sejati atau pemuja kebebasan yang merasa bebas melakukan apa saja, apakah akan diam begitu hak nya dilanggar atau seseorang merugikannya walaupun itu atas nama kebebasan?jadi masih percaya bahwa kebebasan itu tak terbatas? think again :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar